Iklan SITTI

Selasa, 09 November 2010

Penanggulangan Anthrax (Radang Limpa) Di Indonesia

          Antraks atau anthrax adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas.Antraks bermakna "batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam.Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.
Anthrax
Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal
Foto Mikro Pewarnaan Gram bakteri Bacillus anthracis yang menyebabkan anthrax.
ICD-10 A22.minor
ICD-9 022
OMIM [1] 606410 608041
DiseasesDB 1203
MedlinePlus 001325
eMedicine med/148 
MeSH D000881

Faktor virulensi

Faktor virulensi dari penyakit ini disebabkan oleh B. anthracis yang berasal dari kapsul dan toksin. Kapsul dari B. anthracis terdiri dari poly D-glutamic acid yang tidak berbahaya (non toksik) bagi dirinya sendiri. Kapsul ini dihasilkan oleh plasmid pX02 dan berfungsi untuk melindungi sel dari fagositosis dan lisis. Toksin yang dihasilkan oleh B. anthracis berasal dari plasmid pX01 yang memiliki AB model (activating dan binding). Toksin dari B. anthracis terdiri dari tiga jenis, yaitu protective antigen (PA) yang berasal dari kapsul poly D- glutamic acid, edema factor (EF), dan lethal factor (LF). Ketiga toksin ini tidak bersifat racun secara individual, namun dapat bersifat toksik bahkan letal jika ada dua atau lebih. Toksin PA dan LF akan mengakibatkan aktivitas yang letal, EF dan PA akan mengakibatkan penyakit edema (nama lain dari penyakit anthrax), toksin EF dan LF akan saling merepresi (inaktif), sedangkan jika ada ketiga toksin tersebut (PA, LF, dan EF), maka akan mengakibatkan edema, nekrosis dan pada akhirnya mengakibatkan kematian (letal).
Bila spora anthrax masuk ke dalam tubuh dan kemudian sudah tersebar di dalam peredaran darah, akan tercipta suatu mekanisme pertahanan dari sel darah putih, namun sifatnya hanya sementara. Setelah spora dari pembuluh darah terakumulasi dalam sistem limpa, maka infeksi akan mulai terjadi. Racun dari toksin yang dihasilkan oleh sel vegetatif tersebut akan mengakibatkan pendarahan internal (internal bleeding) sehingga mengakibatkan kerusakan pada beberapa jaringan bahkan organ utama. Jika racun dari toksin tersebut telah tersebar, maka antibiotik apapun tidak akan berguna lagi.

Penularan

Manusia dapat terinfeksi bila kontak dengan hewan yang terkena anthrax, dapat melalui daging, tulang, kulit, maupun kotoran. Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks.
Infeksi antraks jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora seperti ternak, kambing, unta, dan antelop. Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih umum terjadi di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan.Beberapa daerah di dunia seperti (Amerika Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia.
Antraks biasa ditularkan kepada manusia disebabkan pengeksposan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular antraks.Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Pekerja yang tertular kepada hewan yang mati dan produk hewan dari negara di mana antraks biasa ditemukan dapat tertular B. anthracis, dan antraks dalam ternakan liar dapat ditemukan di Amerika Serikat.Walaupun banyak pekerja sering tertular kepada jumlah spora antraks yang banyak, kebanyakan tidak menunjukkan simptom.

Cara penjangkitan

Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus kecil, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia. Bakteri B. anthracis ini termasuk bakterispora. Endospora yang dibentuk oleh B. anthracis akan bertahan dan akan terus berdormansi hingga beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini menjadi inangnya tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan akan terus membelah didalam tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke dalam peredaran darah inangnya. Proses masuknya spora anthrax dapat dengan tiga cara, yaitu : gram positif, berbentuk basil, dan dapat membentuk
  1. inhaled anthrax, dimana spora anthrax terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan.
  2. cutaneous anthrax, dimana spora anthrax masuk melalui kulit yang terluka. Proses masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous anthrax (95% kasus).
  3. gastrointestinal anthrax, dimana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik, sehingga masih megandung spora dan termakan.
Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah bercampur darah, buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Sedangkan, gejala antraks tipe kulit adalah terjadinya borok setelah mengkonsumsi atau mengolah daging asal hewan sakit antraks.Daging yang terkena antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir, dan berbau.

Penanganan

Secara umum, perawatan untuk penyakit anthrax dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik, biasanya penisilin, yang akan menghentikan pertumbuhan dan produksi toksin.Pemberian antitoksin akan mencegah pengikatan toksin terhadap sel. Terapi tambahan, seperti sedation (pemberian obat penenang). Namun, pada level toksin sudah menyebar dalam pembuluh darah dan telah menempel pada jaringan maka toksin tidak dapat dinetralisasi dengan antibiotik apapun.Walaupun dengan pemeberian antitoksin, antibiotik, atau terapi, pasien tentu mempunyai rasio kematian.

Jenis-jenis

Ada 4 jenis antraks yaitu :
Di Indonesia Anthrax menyebabkan banyak kematian pada ternak, kehilangan tenaga kerja di sawah dan tenaga tarik, serta kehilangan daging dan kulit karena ternak tidak boleh dipotong. Kerugian ditaksir sebesar dua milyar rupiah setiap tahun. 

Gejala klinis ante-mortem pada bentuk perakut dan akut mungkin tidak terlihat. Penyakit bentuk subakut bisa diikuti oleh demam progresif, nafsu makan hilang, depresi, lemah, dan kematian. Pada penyakit bentuk kronis bisa terlihat pembengkakan lokal, demam, pembengkakan limpoglandula, kematian bisa terjadi apabila jalan udara telah tersumbat. 

Uji post-mortem pada hewan yang baru mati harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari infeksi pada operator dan kontaminasi lingkungan (bisa terlihat beberapa lesi yang tidak pathogenis). Lesi-lesi umum terlihat pada binatang septicemia umum yang sering diikuti dengan pembesaran limpa yang disertai konsistensi ÇÃlackberry jam¡¦dengan sedikit gumpalan darah. Hemoragi dari hidung, mulut dan/atau anus pada waktu kematian merupakan tanda umum.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar