Iklan SITTI

Selasa, 09 November 2010

Penyakit Pada Ayam

I. Bagaimana penanganan kholera pada peternakan ayam di Indonesia yang ideal? 


Penyebab Kholera
Kholera atau dikenal juga dengan nama fowl cholera, avian pasteurellosis dan avian hemorrhagic septicaemia merupakan salah satu penyakit infeksius yang banyak menyebabkan masalah di peternakan ayam dan kalkun.
Kholera merupakan penyakit bakterial yang umum ditemukan pada peternakan kecil di Asia. Mortalitas dapat mencapai 80% terutama pada musim penghujan. Penyakit ini biasanya menyerang ayam diatas 6 minggu ditandai dengan adanya peningkatan angka kematian yang mendadak dan tidak terduga.
Kholera banyak ditemukan pada ayam yang stress akibat sanitasi yang jelek, malnutrisi, kandang terlalu padat, dan adanya penyakit lain. Kalkun lebih rentan terhadap penyakit ini dibandingkan dengan ayam, dan ayam yang tua lebih rentan dibanding yang masih muda.
Mengingat tingkat kerentanan dan pengelolaan peternakan, kasus kholera di Indonesia lebih banyak ditemukan pada ayam petelur dibandingkan dengan ayam pedaging. Hal ini terkait dengan masa pemeliharaan ayam pedaging yang cukup pendek, serta kebiasaan peternak yang akan memanen ayamnya lebih cepat apabila ditemukan kasus penyakit untuk mencegah kerugian yang besar.
Kholera disebabkan oleh Pasteurella multocida, bakteri gram negatif yang ditemukan oleh Louis Pasteur pada tahun 1880-an. P. multocida sangat rentan terhadap disinfektan biasa, sinar matahari dan panas. Akan tetapi masih bisa bertahan sekitar 1 bulan di kotoran, 3 bulan di karkas dan antara 2-3 bulan di tanah yang lembab. Infeksi dapat terjadi melalui rute mulut dan saluran pernafasan.
Kholera dapat masuk ke peternakan melalui burung, tikus, orang atau peralatan yang pernah kontak dengan penyakit. Penyebaran antar flok dapat disebabkan oleh minuman yang terkontaminasi, kotoran dan discharge hidung.
Apa yang terjadi apabila penyakit ini masuk?
Pada kasus yang akut, kematian ayam merupakan gejala pertama yang nampak. Demam, turunnya konsumsi pakan, discharge dari mulut, diare dan gejala pernafasan dapat pula terlihat. Gejala lain termasuk sianosis dan pembengkakan jengger. Ayam yang bertahan hidup menjadi kronis atau dapat pula sembuh, sedangkan yang lain bisa mati karena dehidrasi. Pada kasus lebih lanjut, ayam akan menunjukan gejala penurunan berat badan dan pincang karena infeksi pada persendian.
Pada awal kasus angka kematian berkisar antara 5-15% bahkan bisa lebih tinggi apabila terjadi bersamaan denga kasus penyakit lain. Angka kematian akan menurun sampai 2-5% ketika kasusnya menjadi kronis.
Ayam yang tertular secara kronis dapat mati, tetap tertular dalam jangka waktu yang panjang atau sembuh. Persentase yang tinggi dari ayam di dalam flok akan menjadi carriers walaupun terlihat normal atau sehat dan merupakan sumber utama penularan. Penyebaran P multocida didalam flok terjadi melalui eksresi dari mulut, hidung, dan konjungtiva unggas yang sakit dan kemudian mengkontaminasi lingkungan. Selain dari ayam yang selamat dari bentuk akut, kasus kronis ditemukan pada ayam yang tertular agen yang tidak terlalu ganas.
Ayam yang tertular secara kronis akan mengeluarkan agen penyakit sepanjang hidupnya. P. multocida dapat ditemukan dalam semua jaringan pada unggas yang mati dengan gejala septicemia, sehingga praktek kanibalisme juga merupakan faktor penyebaran yang sangat penting bagi penyakit ini.
Diagnosa
Diagnosa positif hanya dapat dilakukan apabila dilakukan isolasi serta identifikasi P. Multocida di laboratorium. Diagnosa tentatif bisa dilakukan berdasarkan sejarah, gejala klinis dan patologi anatomi.
Walaupun sejarah dan gejala klinis menunjukan kemungkinan ditemukannya kholera, agen penyebab sebaiknya tetap diisolasi sehinga isolat dapat diuji untuk tingkat kepekaannya terhadap antibiotik.
Pencegahan
Pencegahan terbaik adalah melalui penerapan biosecuriti yang baik, kontrol rodensia, dan hygiene peternakan. Selain itu sebagai alat pencegahan, bacterin dapat digunakan pada umur 8 dan 12 minggu serta vaksin pada umur 6 minggu.
Semua langkah dasar dari program biosekuriti diperlukan untuk mencegah masuknya penyakit. Orang sebagai sumber penularan yang paling dominan harus dikontrol dengan baik. Hanya orang-orang yang perlu masuk kandang saja yang bisa masuk kedalam kandang dan inipun harus melalu prosedur pencucian tangan dengan sabun dan kalau memang memungkinkan untuk selalu memakai pakaian kandang yang baru dan sepatu boot yang bersih.
Program sanitasi yang baik untuk kandang dan peralatan juga sangat penting, terutama keika persiapan memasukan unggas baru. Hal yang paling penting adalah pembersihan dan disinfeksi peralatan pakan dan minum.
Pengawasan yang ketat untuk tiap pemasukan pakan, peralatan kandang dan juga orang sangat diperlukan untuk mencegah masuknya kholera.
Berikut hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah kasus kholera:
  1. Ayam yang sakit dan mati di pisahkan dari ayam yang sehat untuk kemudian di musnahkan (disposal yang baik)
  2. Apabila wabah telah terjadi, dilakukan depopulasi, pembersihan dan desinfeksi kandang serta peralatan kandang
  3. Jeda waktu antara ayam tua yang di afkir dan penggantinya
  4. Kontrol rodensia dan hama lainnya
  5. Sumber ait minum yang aman dan bersih
  6. Mencegah kontak antara ayam dengan hewan lain dan burung liar
  7. Bacterin dan vaksinasi
  8. Pengobatan Jenis sulfa dan antibiotik (sulfadimethoxine, sulfaquinoxaline, sulfamethazine, sulfaquinoxalene, penicillin, tetracycline, erythromycin, streptomycin).
Penggunaan vaksin atau bacterin
Vaksinasi dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini, akan tetapi perlu diingat bahwa vaksinasi hanya merupakan alat pencegahan bagi peternakan yang berisiko tinggi terkena kholera karena berdekatan dengan peternakan tertular. Vaksinasi kholera sendiri sebenarnya mempunyai risiko, sebagai contoh: vaksin hidup walaupun akan memberikan pertahanan juga akan menghasilkan efek samping yang tidak diharapkan.
Bacterin killed, akan memberikan hasil tingkat antibodi yang baik, tetapi hanya spesifik untuk strain yang digunakan.
Pengobatan
Pengobatan untuk kholera sebaiknya dijadikan alternatif terakhir. Pengobatan hanya efektif apabila dilakukan pada awal-awal kasus sebelum terlalu banyak ayam yang tertular dan penyakit menjadi kronis.
Walaupun pengobatan dapat mengurangi dampak dari wabah, ayam tertular dapat saja kambuh lagi apabila pengobatan dihentikan. Sehingga pengobatan perlu diperpanjang dengan penambahan obat ke pakan dan minuman.
Perlu diingat bahwa penggunaan antibiotik atau sulfa harus berdasarkan hasil tes sensitifitas terhadap agen yang diisolasi dari lokasi kasus. Pengobatan dapat mengurangi angka kematian dan mempertahankan tingkat produksi. Akan tetepi apabila infeksi kronis sudah ditemukan, keuntungan pengobatan sangat sulit untuk dapat dilihat.
Sulfaquinoxaline sodium dalam pakan atau air minum biasanya dapat mengontrol angka kematian, begitu pula halnya dengan sulfamethazine dan sulfadimethoxine. Penggunaan tetracycline dosis tinggi dalam pakan (0.04%), air minum atau injeksi dapat pula bermanfaat untuk pengobatan. Penicillin efektif digunakan untuk infeksi yang resisten terhadap sulfa.
Perlu diperhatikan bahwa pengobatan dengan sulfa akan menghasilkan residu di daging dan telur. Antibiotik dapat digunakan dengan menggunakan dengan dosis yang lebih tinggi dan jangka waktu yang cukup panjang untuk menghentikan wabah. Mengingat adanya efek samping residu yang tidak diharapkan, semua pengobatan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter hewan yang dapat menilai efektifitas dan keamanan dari penggunaan sulfa dan antibiotik ini.


II. Sindrom Kerdil Ayam  


Masih kerap terdengar bila kita melakukan kunjungan lapangan ke peternak – peternak ayam pedaging (broiler), adanya keluhan mengenai ketidak – seragaman ayam yang dipeliharanya. Menurut penuturan mereka, pada saat doc tiba kondisinya terlihat seragam, tetapi setelah ayam mulai menginjak usia di atas 14 hari, baru terlihat adanya ayam yang terlambat pertumbuhannya.

Pertumbuhan yang tidak seragam pada ayam broiler memang banyak penyebabnya seperti :
  •  Doc berasal dari Bibit Muda atau Bibit Tua Sekali
  •  Multi strain dalam satu flock / kandang
  •  Kurang tempat pakan dan tempat minum
  •  Kepadatan ayam di kandang yang terlalu tinggi
  •  Penyakit infectious seperti Coccidiosis
  •  Sindroma Kekerdilan pada Broiler ( Runting and Stunting Syndrome )
Pada umumnya para peternak berpendapat bahwa beberapa penyebab yang menyebabkan ayamnya tidak seragam seperti karena doc, multistrain dalam satu kandang, kurang peralatan makan dan minum, kepadatan ayam dalam kandang dan penyakit coccidiosis, mereka sudah dapat mengatasinya di lapangan. Tetapi untuk sindroma kekerdilan atau runting and stunting syndrome, para peternak masih meraba-raba penyebabnya, karena kejadian di lapangan kadang ada dan kadang tidak ada / hilang dengan sendirinya. 
 Sindroma Kekerdilan pada Broiler mempunyai berbagai ragam nama lain seperti :
  • Malabsorption Syndrome
  • Stunting Syndrome
  • Reovirus Malabsorption
  • Pale Bird Syndrome
  • Helicopter Disease
  • Brittle – bone Disease
Apa itu sindroma kekerdilan pada broiler ? dan apa saja penyebabnya ?
Sindroma kekerdilan didefinisikan sebagai : Sekelompok ayam (umumnya terjadi 5-40% populasi ) yang mengalami laju pertumbuhan yang kurang pada kisaran usia 4-14 hari.  Dimana setelah pada awalnya pertumbuhan tertekan, kemudian kembali normal, tetapi tetap lebih kecil dari yang normal. (Nick Dorko, 1997).
Bila kondisi di atas dialami peternak broiler maka beberapa kerugian sudah nampak di depan mata seperti : tingginya ayam culling; tingginya fcr; rataan berat badan di bawah standar; berat badan yang sangat bervariasi, hal mana akan menjadi masalah bila ada kontrak dengan “slaughter house” / rumah potong ayam; masalah dengan penjualan karena banyaknya ayam yang kecil.
Pertanyaannya adalah apakah kejadian kekerdilan pada broiler ini hanya merupakan sindroma saja ataukah merupakan penyakit yang sangat banyak penyebabnya ? / Multifactorial Causative Disease ?
Beberapa ahli penyakit ayam menyatakan bahwa runting and stunting syndrome terdiri atas tiga bentuk yaitu Enteritic; Pancreatic dan Proventricular (yang mana hal tersebut lebih didasarkan kepada organ yang diserangnya), yang paling penting sindroma kekerdilan ini merupakan sindroma penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor.

PENYEBAB SINDROMA KEKERDILAN
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya yaitu :
  •  Penyebab berasal dari Pembibitan
  •  Penyebab berasal dari Penetasan / Hatchery
  •  Penyebab berasal dari Manajemen Produksi
  •  Penyebab berasal dari Pakan / Nutrisi
  •  Penyebab berasal dari Lingkungan
  •  Penyebab berasal Penyakit

      1. Penyebab berasal dari Pembibitan.
Beberapa hal yang berasal dari Pembibitan yang dapat menyebabkan doc yang dihasilkan mengalami sindroma kekerdilan antara lain :
  • Telur tetas kecil (telur tetas yang berasal dari usia induk < 35 minggu dan atau biasanya pada saat puncak produksi)
  • Maternal antibodi Reo-virus yang diturunkan rendah, padahal DOC perlu Maternal Antibodi yang tinggi
  • Akan lebih parah apabila induknya positif Salmonella enteritidis
  • Walaupun demikian kekerdilan  bukan merupakan penyakit yang diturunkan

 2. Penyebab berasal dari Penetasan / Hatchery.
Beberapa hal yang berasal dari Penetasan / Hatchery yang dapat menyebabkan doc yang dihasilkan mengalami sindroma kekerdilan antara lain :
  •  Waktu koleksi telur tetas yang terlalu lama
  • Tidak dilakukannya grading telur tetas yang akan dimasukkan ke mesin tetas
  • Bercampurnya telur tetas yang berasal dari usia induk yang sangat jauh berbeda
  • Terlalu lama proses penanganan di ruang seleksi sehingga doc mengalami stress
  • Kurang representatifnya alat angkut doc (chick van) dari Hatchery ke Peternak / kandang pemeliharaan.

       3.Penyebab berasal dari Manajemen Produksi
Manajemen Produksi juga dapat menjadi penyebab terjadinya sindroma kekerdilan seperti :
  •  Biosecurity yang buruk
  •  Farm terdiri dari beberapa usia (multi ages)
  •  Kurang baiknya kualitas doc yang dipelihara
  •  Penanganan doc yang kurang baik terutama waktu periode brooding
  •  Cara pemberian, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan tidak benar


      4.Penyebab berasal dari Pakan / Nutrisi
Kandungan yang terdapat pada pakan jika kurang atau berlebihan kadang menimbulkan pertumbuhan yang kurang baik bagi ayam yang dipelihara misalnya :
  • Gejala sering seperti ayam yang terserang mycotoxicosis, khususnya Aflatoxicosis
  • Penggunaan Bungkil Kacang Kedelai yang berkualitas rendah
  • Penggunaan Canola Meal dan Protein Hewani lebih daripada 8%
  • Tidak ada atau rendah kandungan Natrium (khusus di Asia)
  • Penggunaan vitamin yang kurang, khususnya pada pakan Breeder.

      5. Penyebab berasal dari Lingkungan.
Menempatkan ayam pada kondisi lingkungan yang kurang kondusif akan juga mengakibatkan ayam terkena sindroma kekerdilan, seperti :
  • Lingkungan kandang yang bersuhu dan kelembaban terlalu tinggi
  • Liingkungan kandang yang terlalu padat populasi ayamnya dan terdiri dari berbagai usia
  • Lingkungan kandang merupakan daerah endemik penyakit yang bersifat imunosupresif.

   6. Penyebab berasal dari Penyakit.
Ada beberapa penyakit yang dapat memicu timbulnya sindroma kekerdilan, dimana penyakit tersebut umumnya menimbulkan stress dan khususnya bersifat immunosupresif, seperti :
  •  Infeksi Reo virus
  •  Infeksi Mareks Disease, hal ini dapat terjadi terutama di Asia karena Broiler di Asia tidak divaksinasi
  •  Chicken Anemia Virus, vaksinasi tidak dilakukan di beberapa negara
  •  ALV – J, diduga ada korelasi positif dengan sindroma kekerdilan
  •  Infectious Bursal Disease / Gumboro, beberapa negara hanya memakai strain klasik untuk vaksinasinya
  •  Avian Nephritis Virus
  • Reaksi yang berlebihan dari vaksinasi ND dan IB

Penyebab utama yang paling berperanan adalah Reo virus dengan spesifikasi sebagai berikut :
Virus tidak berselubung / amplop, tahan panas dan dapat hidup :
  •  pada 600 C selama 8 – 10 jam
  •  pada 560 C selama 22 – 24 jam
  •  pada 370 C selama 15 – 16 minggu
  • pada 220 C selama 48 – 51 minggu
  • pada 40 C selama lebih dari 3 tahun
  • pada - 630 C selama lebih dari 10 tahun

PENULARAN PENYAKIT
  • Penularan dapat terjadi secara horizontal (Robertson & Wilcox, 1984 dan Van Der Heide, 1977)
  •  Melalui jalur respirasi (Roessler, 1986)
  •  Penularan secara vertikal dengan suatu percobaan dengan cara inokulasi induk usia 15 bulan, ternyata pada doc  hasil tetasannya (17 – 19 hari post inokulasi) mengandung virus reo (Menendez, Van Der Heide dan Kalbac, 1975)

GEJALA KLINIS
Biasanya mulai terlihat pada usia 4 – 8 hari dengan ciri-ciri :
  • Malas bergerak
  • Bulu kusam
  • Coprophagia (faeces / litter eating)
  • Bila di uji gula darahnya “ Hypoglycaemic ”
  • Hanya sebagian populasi yang terkena dengan kategori :
 5 – 10 % populasi dengan kategori RINGAN
10 – 30 % populasi dengan kategori BURUK
30 % populasi dengan kategori BENCANA / MALAPETAKA

Biasanya terlihat pada usia 2 minggu :
  • Bulu sekitar kepala dan leher tetap “ Yellow Heads”
  • Bulu primer sayap patah / dislokasi “ Helicopter Birds “ / “ Stress Banding”
  • Tulang kering / betis berwarna pucat
  • Jika diperiksa kotorannya masih utuh / makanan hanya lewat saja.



III.Colibacillosis 

Pada saat peralihan musim atau yang biasa disebut musim Pancaroba, sering kali para peternak mengeluhkan bahwa performance ayam yang dipeliharanya baik ayam petelur maupun ayam pedaging tidak sesuai dengan yang diharapkan. Gangguan yang sering terjadi adalah bahwa ayamnya terinfeksi dengan bakteri yang memang secara normal biasa terdapat pada tubuh ayam yaitu bakteri Escherichia coli, tetapi yang telah berubah menjadi  pathogen / ganas.
Kenyataan yang ada bahwa indikasi ternaknya terinfeksi baru diketahui ketika infeksi sudah dalam taraf lanjut dengan ditemukannya air sacculitis dengan cheesy exudat-nya (radang kantung hawa berkeju), pericarditis (radang selaput jantung) dan tidak jarang juga kematian tinggi pada anak ayam yang berumur di bawah satu minggu (omphalitis = radang pusar). Dengan terlambatnya infeksi tersebut diketahui, menjadikan infeksi akibat bakteri ini menjadi sulit untuk di obati dan dikendalikan, yang mana tentu saja akan mengakibatkan kehilangan nilai ekonomis yang cukup nyata.

 
Apa itu Colibacillosis ?
Collibacillosis adalah Penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh kuman Echerichia coli yang pathogen / ganas baik secara primer maupun secara sekunder. Colibacillosis pertama kali ditemukan pada tahun 1894, setelah itu banyak kejadian-kejadian colibacillosis sehingga memperkaya dan saling melengkapi mengenai penyakit ini baik kejadian di lapangan maupun penelitian di laboratorium.

Sekilas Profil sang Agen Penyakit
Bakteri Escherichia coli, bersifat gram negative, bentuk batang tak berspora, berukuran  2-3 x 0.6 µm, bentuk dan besar bervariasi, beberapa strain dapat bergerak dan mempunyai alat gerak (flagela).
Escherichia coli yang biasa terdapat pada saluran pencernaan (usus) hewan biasanya ada dalam konsentrasi ≤ 106 /gr, dimana dari jumlah tesebut 10 – 15 % merupakan Escherichia coli yang berpotensi menjadi ganas / patogen.
Escherichia coli yang terdapat di usus biasanya tidak sama dengan Escherichia coli yang menginfeksi : kantung hawa / air sacculitis dan selaput jantung / pericarditis. Sedangkan Escherichia coli yang ditransmisikan melalui telur tetas adalah yang bertanggung jawab terhadap kematian tinggi pada anak ayam.
Bakteri ini juga mudah ditemukan pada litter dan debu kandang, debu kandang dapat mengandung bakteri Escherichia coli 105  106 / gr, bakteri tersebut dalam kondisi kering bisa bertahan dalam waktu lama, tetapi dapat berkurang 87 - 97`% dalam waktu satu minggu dengan cara kondisi dalam kandang di buat lebih lembab, misalnya sesering mungkin kandang di spray dengan air yang mengandung desinfektan.

Faktor-faktor Pemicu kejadian di lapangan
Kuman pada umumnya menular secara horizontal, dan secara garis besar dibagi menjadi 2 penyebab utama yaitu :
  •  Dari dalam, yaitu yang berasal dari anak ayam / ayam itu sendiri, seperti kejadian Radang pusar atau Omphalitis, Stress ataupun Dehydrasi akibat perjalanan. Dalam saluran pencernaan ayam ada ≤ 106 /gr, dimana 10 – 15 % adalah berpotensi menjadi pathogen / ganas.
  •  Dari luar, yaitu yang berasal dari kontaminan lingkungan sekitar / area kandang dan atau yang berasal dari bahan sapronak yang tidak bersih misalnya kontaminan berasal dari pakan, air dan udara yang tercemar Escherichia coli  

Perjalanan Penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli
Walaupun penyebabnya sama yaitu infeksi bakteri Escherichia coli, tetapi di lapangan banyak dikenal berbagai macam penyakit yang merupakan berbagai bentuk manifestasi akibat terinfeksi bakteri ini, diantaranya adalah :

 1.Kematian Embrio / Omphalitis
Banyak yang menduga bahwa kematian embrio atau omphalitis, merupakan penyakit yang ditransmisikan melalui kontaminasi dari kulit telur tetas yang terkontaminasi bakteri Escherichia coli (antara 0.5 % - 6% telur tetas normal mengandung bakteri Escherichia coli), dan bisa juga berasal dari radang yolk sac / kuning telur atau oviduct dari induk yang terkontaminasi oleh bakteri Escherichia coli.
Pada saat telur menetas maka bakteri Escherichia coli ini menyebar, tentu saja akan menginfeksi doc lainnya yang satu mesin tetas, dimana pusar / navel doc tersebut memang belum menutup dengan sempurna.
Pada saat periode indukan / brooding kematian doc akan meningkat apabila suhu indukan terlalu dingin dan ayam tidak mau makan.
Pada umumnya kematian ayam akan berkurang setelah ayam berumur ≥ 1 minggu.Bila kita melakukan otopsi dari ayam yang mati akan ditemukan adanya peradangan pada tali pusar atau kantung kuning telur.


 2. Air Sacculitis / Radang Kantung Hawa
Bakteri Escherichia coli juga sering menginfeksi saluran pernapasan ayam, biasanya infeksi ini bervariasi dan berkombinasi dengan virus infectious Bronchitis (IB), virus New Castle Disease (ND) juga dengan Mycoplasma (CRD) yang juga menyebabkan pericarditis dan perihepatitis
 

 3. Colisepticemia/ Koliseptisemia
Kejadian koliseptisemia pada umumnya terjadi secara akut dan  biasanya menyerang ayam dara atau dewasa. Penyakit ini menyerupai fowl typhoid dan fowl cholera, dengan ciri yang khas berupa lesio tipikal yaitu hati berwarna hijau bintik kecil pucat dengan organ limpa yang membesar.


    4.Panophthalmitis

Kejadian panophthalmitis merupakan kasus yang sangat jarang terjadi, dan merupakan proses kelanjutan kasus septicemia. Perubahan yang terjadi biasanya ada pernanahan pada kornea mata bahkan sampai ayam mengalami kebutaan, umumnya kebutaan sebelah mata bila sampai terjadi kedua matanya menjadi buta maka akan terjadi kematian yang disebabkan karena  ayam tidak bisa makan.
   5.Swolen Head Syndrome
Pada kasus swollen head syndrome, bakteri Escherichia coli bertindak sebagai infeksi sekunder. Kejadian kasus ini pada umumnya terjadi pada ayam potong dan biasanya berkolaborasi dengan virus lainnya seperti virus corona atau pnemovirus (penyebab infectious bronchitis).
Pada ayam petelur biasanya kasus swollen head syndrome juga berkolaborasi dengan bakteri penyebab coryza`/ snot.
Radang akut atau subakut di bawah kulit (selulitis) kepala dan sekitar mata, sampai dengan bengkak adalah merupakan tanda yang khas pada kasus penyakit ini.
 

   6. Coli Granuloma / Hjarres Diseases

Kasus coli granuloma merupakan kejadian penyakit koliform yang sangat jarang terjadi, tanda yang dapat diketahui adalah berupa adanya lesi granuloma pada organ tubuh dalam rongga perut seperti pada hati, duodenum (usus halus), caecum (usus buntu) dan mesenteri (penggantung usus) sedangkan Limpa biasanya tidak terkena. Sekilas penyakit coli granuloma ini  menyerupai tumor leukosis, dan kejadian yang ada biasanya sudah kronis sehingga terjadi pernanahan.


        1. Osteomyelitis
Merupakan proses lanjutan dari koliseptisemia, ditandai dengan peradangan pada sendi
Kejadian osteomyelitis ini bisa akut atau kronis, ayam akan menjadi kurus karena tidak mau makan (anorexia) yang akhirnya  mati.

 

        2.Selulitis 
Merupakan manifestasi infeksi Escherichia coli dalam bentuk penyakit kulit kronis daerah dada dan perut, dimana diantara kulit dan daging terdapat cairan / eksudat cair sampai kental / perkejuan, kondisi ini ada yang menyebutnya sebagai breast blister, yang pada umumnya menyerang pada ayam broiler / ayam pedaging / ayam potong. Sebagai akibat dari hal tersebut para peternak agak sedikit kesulitan menjual ayamnya yang terkena kasus ini
       3. Yolk Peritonotis
Kasus yang merupakan khusus terjadi pada ayam petelur atau parent stock layer maupun broiler, dimana akibat kasus ini adalah adanya kematian akut. Adanya ovum yang lepas dalam rongga perut yang kemudian pecah, sehingga bakteri Escherichia coli yang ada di dalam oviduct karena adanya material kuning telur menjadi berkembang pesat sehingga menyebabkan adanya peradangan pada peritoneum yang dikenal dengan Yolk Peritonitis.
Pengendalian di Lapangan
Pencegahan
  • Usahakan agar anak ayam yang dipelihara berasal dari pembibitan yang bebas dari penyakit pernapasan seperti CRD, IB dan ND.
  • Jika anak ayam sudah terlanjur masuk di kandang, anak ayam yang sudah terinfeksi dengan bakteri Escherichia coli agar diafkir
  • Jalankan selalu prinsip water treatment / pengobatan air secara efektif dan berkesinambungan, untuk menurunkan populasi bakteri dalam air minum.
  • Perhatikan selalu ventilasi, agar ayam selalu mendapat udara yang segar, bersih dan sehat
  • Laksanakan biosecurity secara terpadu, agar kondisi farm sesedikit mungkin mengandung kontaminan khususnya bakteri Escherichia coli.
  • Jaga selalu kekeringan litter kandang agar tidak terlalu kering juga tidak terlalu basah, Untuk itu perlu diperhatikan selalu kepadatan populasi agar kondisi kekeringan litter mudah untuk dikendalikan
  • Spray ruang kandang setiap hari menggunakan campuran air dengan BIODES-100, SEPTOCID atau GLUTAMAS sangat berguna disamping untuk menjaga kelembaban juga mengurangi density bakteri di ruang kandang. 
  • Bila ayam selalu terserang infeksi Escherichia coli yang parah pada usia di atas tiga minggu, tidak ada salahnya lakukan penyuntikan doc pada usia 4 hari pertama dengan antibiotika secara subkutan bisa dengan memakai GENTIPRA atau HIPRASULFA – TS sesuai dengan dosis yang dianjurkan
  • Alternatif vaksinasi inaktif kombinasi O2K1 dan O78K80, dalam pelaksanaannya masih terjadi pro dan kontra akan efektifitas kegunaannya, karena belum ada hasil yang sangat nyata
  • Hal yang paling penting untuk dilakukan agar serangan infeksi bakteri Escherichia coli tidak menjadikan ayam peliharaan menjadi menderita adalah dengan cara menciptakan ayam senyaman mungkin tinggal dalam kandangnya, dengan kata lain jangan sampai ayam mengalami stress, karena stress merupakan pencetus utama ayam terserang infeksi bakteri ini.

Pengobatan 
Kuman E. coli kebanyakan sensitif / peka terhadap beberapa antibiotika seperti kelompok aminoglukosida (NEOXIN), polipeptida (MOXACOL), tetrasiklin, Sulfonamida, trimethoprim (COLIMAS) dan Quinolon (CIPROMAS, ENROMAS).
Apabila  setelah diobati dengan berbagai antimikroba tidak terjadi perubahan kearah penyembuhan, maka perlu dilakukan uji sensitivitas.
Pencegahan dengan menggunakan obat suntik Hiprasulfa – TS dan Gentipra, serta spray kandang dengan desinfektan Biodes-100, Septocid dan Glutamas, maupun pengobatan dengan menggunakan Neoxin, Moxacol, Colimas, Cipromas maupun Enromas, agar diperhatikan benar cara dan dosis pemakaiannya dan dilaksanakan sesuai dengan anjuran dari pembuatnya, agar mendapatkan efek pengobatan yang maksimal.

 IV. Pilek Pada Ayam

Penyakit pilek yang menyerang pada ayam masuk ke dalam kategori penyakit yang berbahaya dikarenakan penyakit ini dapat menular dengan sangat cepat dan dapat menyerang ke semua jenis ayam.

Ayam yang menderita penyakit pilek pergerakannya berubah menjadi pasif.

Gejala lain yang muncul pada ayam yang terserang pilek adalah nafsu makannya menghilang, kepalanya bergoyang – goyang dan sering bersin – bersin. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut – larut, kondisi ayam akan semakin parah.

Dari lubang hidung dan kedua matanya akan keluar semacam cairan yang pada akhirnya nanti dapat membuat hidung ayam tersumbat sehingga membuat ayam menjadi susah bernafas.

Penyakit ayam ini disebabkan oleh bakteri haemophilus galloinarum dan dapat menyebar melalui makanan, minuman dan udara. Untuk mengatasi penyebaran penyakit pilek ini, peternak ayam harus segera memindahkan ayam yang sedang sakit ke kandang khusus untuk dikarantina.


LANGKAH PENGOBATAN

Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit pilek pada ayam adalah neofet, kapsul anti snot dan bubuk coryuit. Dosis pemakaian obat dan cara pemberian obat harus disesuaikan dengan petunjuk yang ada dikemasan obat.

Selain itu, penyakit ini juga dapat disembuhkan dengan cara menyuntikkan cairan streptomycim berdosis 0,2 cc / suntikkan / hari. Proses penyuntikkan berlangsung selama 5 hari dengan bagian tubuh ayam yang disuntik adalah leher bagian belakang.

Beberapa jenis obat yang biasa dikonsumsi oleh manusia ditengarai juga dapat digunakan untuk mengobati ayam yang sedang terserang penyakit pilek. Mereka adalah refagan dan bodrex. Caranya adalah : satu tablet obat dilarutkan ke dalam 1 sendok air teh dan kemudian diminumkan kepada ayam.


LANGKAH PENCEGAHAN

Pemberian antibiotik (streptomycin dan sulfanilamida) secara berkala dapat membantu mencegah ayam tidak mudah terserang pilek. Vaksinasi (corryta naccin dan vaksin snot) juga harus dilakukan ketika ayam masih berumur 2 minggu, 1 bulan, 3 bulan dan menjelang usia dewasa.
 
 
V. Berak Kapur  

Nama lain dari penyakit ini adalah pullorum atau salmonellosis dimana penyebab dari munculnya penyakit ini adalah bakteri salmonella pullorum.

Penyakit ini dapat menyerang ke semua umur dimana anak ayam yang terserang penyakit ini dapat mati atau setidaknya dapat bertahan hidup dengan resiko menjadi carrier dari penyakit ini.

Jenis unggas lainnya yang mempunyai resiko terserang penyakit ini adalah kalkun.

Beberapa gejala yang ditunjukkan oleh anak ayam yang terserang penyakit berak putih adalah :
  1. Lesu.
  2. Nafsu makan berkurang.
  3. Pucat.
  4. Bulu menjadi kusut.
  5. Sayapnya menggantung.
  6. Diare.
  7. Kotorannya menjadi encer , berlendir dan berwarna putih.
Penyakit ini paling sering menyerang anak ayam yang baru saja menetas. Penyebarannya dapat terjadi melalui induk carrier, kontak langsung dengan ayam yang sedang sakit, mesin tetas, telur, darah, kotoran ayam, kandang dan lain sebagainya.

PENCEGAHANBeberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh para peternak ayam adalah :
  1. Menjaga kebersihan lingkungan hidup ayam.
  2. Menjaga kebersihan kandang dan mesin tetas telur dengan cara disucihamakan dengan menggunakan larutan kaporit ( takaran 1 : 1.000 ), chinosol ( takaran 1 : 1.000 ) atau biocid.
  3. Pengapuran kandang.
  4. Pembuangan kotoran ayam jauh dari lokasi peternakan.
  5. Perlindungan dari serangan berbagai macam hewwan liar.
  6. Pemusnahan telur yang gagal menetas ( dibakar atau dipendam ).
  7. Pengkarantinaan ayam yang terserang penyakit.
  8. Pemusnahan bangkai ayam ( dibakar atau dipendam ).




PENGOBATAN
Untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini, gunakan antibiotika dalam wujud neoterramycin 25 soluble powder. Dosis yang digunakan adalah 7 gram untuk setiap 3,8 liter air. Proses pengobatan dilakukan selama 3 – 5 hari. Obat dapat diberikan dengan cara diminumkan, diteteskan atau disuntikkan tergantung tingkat keparahannya.

 


1 komentar:

  1. Aplikasi Probiotik Herbal kini sudah bisa menjadi solusi dan banyak digunakan peternakan di Indonesia. Selain berfungsi sebagai pencegah dan pengobatan penyakit juga sebagai pemacu pertumbuhan ternak. Infonya bisa lihat di www.proherbalplus.com

    BalasHapus